Qatar Bantah Klaim Gedung Putih yang Sebut Trump Kirim Peringatan sebelum Serangan Israel
Gedung Putih klaim Trump sudah beri peringatan sebelum Israel menyerang Doha, tapi Qatar menegaskan kabar itu tidak benar.
Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Pravitri Retno W

TRIBUNNEWS.COM - Pemerintah Qatar membantah klaim Gedung Putih yang menyebut Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengirim peringatan sebelum Israel melancarkan serangan udara di Doha, Selasa (9/9/2025).
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari, mengatakan peringatan dari Washington justru baru diterima setelah bom Israel menghantam ibu kota.
"Panggilan dari pejabat AS masuk 10 menit setelah serangan dimulai," ujarnya, dikutip dari Al Jazeera.
Gedung Putih sebelumnya menegaskan Trump memerintahkan utusan khususnya, Steve Witkoff, untuk menghubungi Qatar agar memberi tahu soal serangan terhadap negosiator Hamas di Doha.
Versi ini langsung dibantah oleh otoritas Qatar.
Menteri Luar Negeri Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, mengecam tindakan Israel.
Al Thani menyebut agresi ini sebagai "terorisme negara" dan pelanggaran nyata terhadap kedaulatan.
Amiri Diwan Qatar juga merilis pernyataan resmi yang menyalahkan Israel sepenuhnya atas serangan yang menewaskan enam orang, termasuk seorang petugas keamanan Qatar.
Amiri Diwan Qatar adalah kantor pemerintahan tertinggi yang menjadi tempat kerja resmi Emir, Wakil Emir, dan Perdana Menteri.
Lembaga ini mengatur urusan administratif negara dan mewakili kekuasaan tertinggi di Qatar.
Bantahan Qatar ini mempertegas keretakan antara Doha dan Washington di tengah upaya mediasi gencatan senjata Gaza.
Baca juga: Punya Rafale, Typhoon, F-15QA Tapi Serangan Tak Terdeteksi Radar, Qatar Sengaja Dihantam Israel?
Hamas menyebut serangan Israel sengaja dilakukan untuk menggagalkan negosiasi yang sedang difasilitasi Qatar.
Menurut analis politik Arab Center Washington DC, Khalil Jahshan, bantahan tersebut akan memperburuk citra AS di kawasan.
"Jika sekutu utama non-NATO seperti Qatar bisa diserang tanpa konsekuensi, kredibilitas AS benar-benar dipertaruhkan," ujarnya kepada Al Jazeera.
Media internasional melaporkan, Donald Trump segera menghubungi Emir Qatar usai insiden.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.