Sidang Arafat
Arafat: Kejaksaan Agung Rekayasa Kasus Gayus
Rona muka Kompol Mohd. Arafat Enanie datar, tak ada ekspresi berlebihan, matanya hanya menatap kosong
Penulis:
Y Gustaman
Editor:
Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Rona muka Kompol Mohd.
Arafat Enanie datar, tak ada ekspresi berlebihan, matanya hanya menatap
kosong tiga majelis hakim yang berada di depannya. Pendengarannya
merekam tuntutan jaksa penuntut umum sampai akhirnya mengetahui dituntut
empat tahun penjara.
Wajahnya menaruh kecewa usai persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (6/9/2010). Tak ada salam seperti biasanya ia lakukan terhadap Yuni Daru, Asep Mulyana, dan Henny, tiga jaksa penuntut umum yang silih berganti membaca tuntutan untuknya.
Penyidik madya Bareskrim yang disangka menerima gratifikasi dari pihak berperkara seperti Alif Kuncoro, Gayus Halomoan Partahanan Tambunan, Roberto Santonius dan Haposan Hutagalung memilih meluapkan gundah hatinya kepada wartawan.
Pria kelahiran Tanjung Karang, Lampung ini menampik tuduhan jaksa yang menyebut dirinya merekayasa kasus Gayus saat menyidik. Ia membalikkan, upaya itu justru dilakukan Kejaksaan Agung oleh jaksanya, Cirus Sinaga dan Fadil Regan.
"Nanti saya sebut mereka. Karena mereka menganggap penyidik yang merekayasa. Justru rekayasa ada di Kejaksaan Agung. Nanti saya
buktikan," kata Arafat ke sejumlah wartawan, sesaat meninggalkan ruang sidang.
Tuntutan jaksa penuntut umum, Arafat melanjutkan, sangat aneh. Ia menggerutu lantaran jaksa penuntut umum lebih memilih Berita Acara Pemeriksaan (BAP) para saksi sebagai pertimbangan untuk tuntutan, dari keterangan saksi di persidangan yang sudah disumpah.
"Aneh! BAP semua yang dijadikan dasar tuntutan. Tidak ada bukti saksi selama persidangan soal suap," keluhnya. "Kalau di BAP kan (Saksi) tidak disumpah. Lucunya kita tidak perlu sidang. Serahkan saja berkas ke hakim, tuntut saya, jatuhkan vonis," katanya melanjutkan.
Wajahnya menaruh kecewa usai persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, Senin (6/9/2010). Tak ada salam seperti biasanya ia lakukan terhadap Yuni Daru, Asep Mulyana, dan Henny, tiga jaksa penuntut umum yang silih berganti membaca tuntutan untuknya.
Penyidik madya Bareskrim yang disangka menerima gratifikasi dari pihak berperkara seperti Alif Kuncoro, Gayus Halomoan Partahanan Tambunan, Roberto Santonius dan Haposan Hutagalung memilih meluapkan gundah hatinya kepada wartawan.
Pria kelahiran Tanjung Karang, Lampung ini menampik tuduhan jaksa yang menyebut dirinya merekayasa kasus Gayus saat menyidik. Ia membalikkan, upaya itu justru dilakukan Kejaksaan Agung oleh jaksanya, Cirus Sinaga dan Fadil Regan.
"Nanti saya sebut mereka. Karena mereka menganggap penyidik yang merekayasa. Justru rekayasa ada di Kejaksaan Agung. Nanti saya
buktikan," kata Arafat ke sejumlah wartawan, sesaat meninggalkan ruang sidang.
Tuntutan jaksa penuntut umum, Arafat melanjutkan, sangat aneh. Ia menggerutu lantaran jaksa penuntut umum lebih memilih Berita Acara Pemeriksaan (BAP) para saksi sebagai pertimbangan untuk tuntutan, dari keterangan saksi di persidangan yang sudah disumpah.
"Aneh! BAP semua yang dijadikan dasar tuntutan. Tidak ada bukti saksi selama persidangan soal suap," keluhnya. "Kalau di BAP kan (Saksi) tidak disumpah. Lucunya kita tidak perlu sidang. Serahkan saja berkas ke hakim, tuntut saya, jatuhkan vonis," katanya melanjutkan.
Rekomendasi untuk Anda