Kamis, 11 September 2025

Pelabuhan Khusus Gusur Terumbu Karang Kalsel

Sekitar 1.500 hektare terumbu karang di wilayah pantai Kalimantan Selatan (Kalsel) kondisinya rusak. Baik dicuri masyarakat, maupun karena telah beralih fungsi menjadi pelabuhan khusus.

zoom-inlihat foto Pelabuhan Khusus Gusur Terumbu Karang Kalsel
Banjarmasin Post Group
Laporan Wartawan Banjarmasinpost.co.id, Choiruman

TRIBUNNEWS.COM, BANJARMASIN - Sekitar 1.500 hektare terumbu karang di wilayah pantai Kalimantan Selatan (Kalsel) kondisinya rusak. Baik dicuri masyarakat, maupun karena telah beralih fungsi menjadi pelabuhan khusus.
    
Hal itu berdampak pada menurunnya jumlah tangkapan ikan para nelayan. Karena, terumbu karang tersebut menjadi tempat pembiakan ikan, termasuk tempat persinggahan ikan di laut.
    
"Yang jelas hasil tangkapan ikan para nelayan mengalami penurunan. Karena tempat perkembangbiakannya sudah rusak," ujar Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Kalsel, M Isra, kemarin.
    
Adapun produksi ikan di Kalsel, saat ini mencapai 36 kilogram per kapita. Jumlah tersebut melebihi produksi ikan tingkat nasional yang hanya 26 kilogram per kapita.   
    
Jika kerusakan terumbu karang tersebut tidak segera diperbaiki, tidak menutup kemungkinan kondisinya semakin parah. Tentu, jumlah tangkapan ikan para nelayan pun bakal berkurang.  
    
Untuk mengantisipasi hal tersebut, terang Isra, pihaknya terpaksa melakukan perbaikan dengan membuat terumbu karang palsu alias buatan. Dengan harapan, bisa dimanfaatkan ikan untuk berkembang biak.
    
"Kami akan membuat terumbu karang untuk menggantikan yang alami, yang sudah rusak maupun diambil warga," terangnya.
    
Ditanya kawasan yang rusaknya paling parah, menurutnya di wilayah perairan Kotabaru dan Tanahbumbu. Tapi yang paling luas di wilayah Kotabaru.
    
Di kawasan tersebut, lanjut dia, banyak bermunculan pelabuhan khusus batu bara yang berada di tepian pantai. Investor langsung melakukan pembangunan tanpa memperhatikan aspek tersebut,   
    
Selain terumbu karang, ekosistem yang rusak adalah mangrove. Padahal, keberadaan mangrove juga membantu nelayan untuk mendapatkan ikan dalam jumlah besar.  
    
Berdasarkan catatan dinas kehutanan (Dishut) Kalsel, hampir sepanjang 400 kilometer hutan mangrove di Banua ini rusak dan beralih fungsi baik untuk Pelsus, ditebang masyarakat maupun untuk perkebunan.
    
Sementara, total panjang mangrove (hutan bakau) di Kalsel mencapai 1.500 kilometer, yang terbentang mulai dari pesisir Barito Kuala (Batola) hingga wilayah Kabupaten Kotabaru.

Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini