Weleh-weleh, Bus Pariwisata Pun Digasak Lima Pencuri
Lima spesialis pencurian bus pariwisata ditangkap jajaran Polsek Kelapa Gading dan Polres Metro Jakarta Utara, Kamis (6/
Editor:
Widiyabuana Slay
Aksi sindikat ini memang boleh dibilang nekat. Tidak tanggung-tanggung, mereka menyandera sopir dan kernet bus yang sedang beristirahat lalu mengubah penampilan bus itu agar tidak mudah dikenali.
Kisahnya berawal ketika Jaya Supena (sopir) dan Koko (kernet) sedang beristirahat di tepi Jalan Raya Boulevard, Kelapa Gading, Jakarta Utara, pada Rabu (5/5/10) pukul 22.30. Kondisi bus yang biasa disewa untuk keperluan pariwisata itu kosong tanpa penumpang. Jaya memilih tidur di luar bus di tepi jalan itu, sedangkan Koko tidur di dalam bus bernomor polisi B-7586-BW itu.
Tiba-tiba tiga laki-laki datang dengan menodongkan pisau. Koko yang sedang tidur di bagian belakang bus dibawa oleh para pencuri itu. Sementara Jaya tetap tertidur pulas di pinggir jalan, tidak menyadari busnya hilang.
Mulut, kaki, dan tangan Koko diikat dengan plakban. Dia terbawa hingga ke jalan Tol Jakarta Cikampek. Namun di pintu keluar Pondok Gede, Koko diturunkan dengan kondisi masih terikat plakban. Untunglah, Koko bisa melepaskan plakban-plakban itu. Dia pun melapor ke pengurus PO Bus Fajar Cemerlang dan akhirnya melapor ke Polsek Metro Kelapa Gading.
Polisi yang mendapat laporan itu langsung menyisir tempat-tempat yang biasa dijadikan parkir dan bengkel bus. Polisi pun menemukan sebuah bus yang sedang dicat di sebuah bengkel di Jalan Mabad, Rempoa, Ciputat, Tangerang Selatan.
"Bus yang semula berwarna putih ternyata sekarang sudah berganti warna menjadi biru dan kuning. Pelat nomor yang tercantum di bus itu adalah B-1672-ET. Namun setelah diperiksa petugas, bus itu memiliki nomor mesin dan rangka yang sama dengan bus yang dicuri," jelas Kapolsek Metro Kelapa Gading Komisaris Donny Adityawarman.
Saat polisi menemukan bus itu, waktunya hanya berjarak delapan jam sejak bus itu dilaporkan hilang. Jadi bisa dibayangkan, bagaimana cepatnya sindikat pencuri itu bekerja.
Dari pengakuan para tersangka, sebelum kejadian ini mereka telah mencuri lima bus lain dan telah mereka jual. "Antara lain mereka pernah mencuri di Kebon Singkong-Klender dan di Cileungsi. Tetapi setiap kali mencuri, mereka berganti-ganti pasangan. Jadi pelakunya banyak," kata Donny.
Menggiurkan
Setiap kali berhasil mencuri, para pelaku ini diberi upah Rp 5 juta-Rp 7 juta per orang. Hasil yang cukup menggiurkan untuk diulang oleh mereka. Sementara bus Mercedes Benz itu dijual dengan harga Rp 300 juta. "Jika yang mereka dapatkan bus merek lain, biasanya dijual dengan harga yang lebih murah," kata Donny.
Otak dari pencurian ini adalah Amin Sugiri yang beralamat di Demak, Jawa Tengah. Dia yang menyuruh Totok, kaki tangannya di Jakarta untuk mengganti warna bus. Totok sendiri bukanlah pelaku pencurian. Yang mencuri adalah Sunarto, Haryono, dan Eko Wiyono. Sunarto sendiri diketahui bekerja sebagai sopir di PO Bus Fajar Cemerlang.
Menurut Donny, pencurian-pencurian bus biasanya memang melibatkan orang dalam di perusahaan bus. Orang ini bertugas memberitahukan ke komplotan pencuri posisi bus yang sedang diincar.
Untuk menangkap Sugiri, polisi memancing dengan cara mengatakan bus sudah selesai dicat. Sugiri pun datang ke Jakarta pada hari Kamis (6/5/10). Dia percaya bus sudah selesai dicat karena dia tahu proses pengecatan tidak lama, hanya 8-12 jam.
Saat datang, Sugiri sudah membawa STNK, BPKB, buku kir, dan pelat nomor polisi K-1421-BF. "Diduga semuanya palsu. Kami sedang menelusuri semuanya," kata Boy.
Selain menangkap lima tersangka, polisi masih mengejar tiga tersangka lain yang diduga tersangkut dengan pencurian-pencurian sebelumnya. Sedangkan bus dan plakban yang dipakai untuk mengikat Koko dijadikan barang bukti. Keduanya berada di Markas Polsek Metro Kelapa Gading.
Kalau bus yang sebesar itu saja bisa dicuri dan dipalsukan identitasnya dalam waktu hanya beberapa jam, tentu pencurian kendaraan lain yang lebih kecil bukan hal sulit buat pelaku kejahatan.