Banjir dan Longsor Kembali Terjang Manado
Intensitas hujan yang meninggi beberapa hari belakangan membuat banjir dan tanah longsor di sejumlah wilayah kembali menerpa Manado
Editor:
Hasiolan Eko P Gultom
Hujan yang mulai turun sejak pukul 13.00 Wita misalnya, mengakibatkan pumukiman padat penduduk di Kelurahan Ternate Tanjung Kecamatan Singkil digenangi air. Air akibat rembesan sangai dari belakang pemukiman penduduk mencapai paha orang dewasa.
Meski begitu, banjir tak membuat warga ingin pindah dari tempat yang mereka tempati saat ini. Sejumlah warga yang berhasil ditemui mengatakan keinginan mereka untuk menetap di daerah rawan banjir setiap musim punghujan tiba.
"Kita nda mau pindah karena Cinta kampung Tanjung 'I Love Tanjung'," kata Astuti (28) wartga Kelurahan Ternate Tanjung saat ditemui Tribun di rumahnya Senin (22/2/2011) malam. Diterangi lampu, Astuti hanya bisa meratapi rumah yang dihuni tiga keluarga hampir penuh dengan genangan air. "Tiap ujang memang seperti ini, air di sungai naik," tutur Astuti sembari menikmati sebatang rokok.
Lain halnya yang dialami Yance Nanangkong (57) Kepala Lingkungan setempat yang setiap banjir datang ia selalu keluar masuk pemukiman warga untuk memastikan semua warganya berada dalam keadaan selamat.
"Setiap kali hujan dan banjir seperti ini saya sering masuk gang, rumah-rumah warga untuk mengimbau masyarakat agar mengungsi karena banjir," ujar Pala Yance. Pekerjaan tersebut tidak pernah membuatnya merasa bosan, bahkan ia sudah menikmati pekerjaanya tersebut. "Tidak pernah merasa bosan karena ini alam," tambahnya sambil memperbaiki payung yang menjadi pendampingnnya untuk menelusuri pemukiman warga. Dengan mengenakan pakain hujan berwarna hijau Pala Yance begitu menguatirkan manakalah saat air semakin tinggi masih ada warga yang belum bergegas meinggalkan rumahnya, "biasanya mereka sibuk menyelamatkan barang ketemapt yang aman," ucapnya.
Nasib yang samam juga menimpah rumah milik keluarga Taengetan-Wobba air yang menggenangi rumah mereka sudah sampai sebatas 1 meter diding ruang tamu.
"Beruntung semua yang ada didalam rumah sudah dapat diungsikan ketempat yang lebih aman," kata Yance Taengetan. Sedangkan Istri dan empat orang anknya berada di lantai II rumah. "Sengaja dibangun dua lantai karena jika banjir datang bisa mengungsi ke atas," tambahnya. Ia menambahkan kondisi seperti ini masih sedikit aman dibandingkan dengan bulan Desember lalu air yang menggenangi rumah sudah menutup sampai diatap. "Air yang naik pas usai maghrib sorem" ujarnya. Dengan kondisi seperti ini Yance Taengetan bersama dengan warga yang lainnya rela tidak tidur semalaman untuk berjaga-jaga dari bahaya banjir yang akan melanda.
300 rumah yang tergenang banjir mengharapkan adanyan uluran tangan dari pemerintah Kota Manado, mengingat biasanya usai air surut masyarakat sering diserang berbagai jenis penyakit. "Gatal-gatal diare, dan deman adalah penyakit yang menyerang kami." kata Yance Taengetan. Selain itu pasokan air bersih sangat diperlukan untuk kebutuhan sehari-hari," air untuk minum dan masuk sudah kotor, jadi perlu air bersih," tambahnya. Bahkan mereka yang waraga setempat yang sering tergenang air sangat membtuhkan alat untuk menguras sisa-sisa genangan air. "Sampai saat ini kami tidak memiliki alat untuk penyedot air dan lumpur," ujarnya.
Sementara itu menurut Pala Yance sampai saat ini tidak ada korban jiwa yang timbul akibat banjir."Hanya kerugian material dan hewan peliharaan banyak yang mati," tuturnya. Pemerintah kota Manado yang mengambil sikap dengan adanya kejadian tersebut, melalui pesan singkat yang dituangkan lewat BlackBerry Massenger wakil Walikota Manado Harley Mangindaan langsung bertindak. "Saya sudah menghubungi semua Camat dan mereka langsung stand by," ucap Ai dalam BBMnya. Bahkan ia menghimbua kepada mereka yang masih tiggal dilokasi rawan banjir agar segera meninggalkan tempat tersebut. "Harusnya mereka mau untuk dipindahkan," tambahnya.
Bahkan dari pantuan Tribun, tebing yang berada di ruas jalan Martadinata mengalami longsor, mengakibatkan akses menuju pemukiman warga terhambat.