Peristiwa Ramadhan: Penaklukan Makkah
Kemenangan kaum muslimin pada bulan Ramadhan di antaranya Fathu Makkah atau penaklukan Mekkah pada tahun delapan Hijriyah.
Editor:
Iwan Apriansyah
Padahal, sebelumnya antara kaum musyrik dengan kaum muslim terikat perjanjian Hudaibiyah. Dengan adanya penyerangan dan pembunuhan ini, isi perjanjian Hudaibiyah ini telah dirobek-robek oleh kaum musyrikin sekaligus memancing reaksi keras pihak Muslim.
Rasulullah Saw kemudian menyiapkan diri untuk membuka Makkah (Fathu Makkah). Rasul s.a.w. telah bertolak dari Madinah pada 10 Ramadhan. Dalam perjalanan tersebut Rasulullah telah berbuka puasa, yang juga diikuti kaum muslim lainnya.
Jumlah mereka ketika keluar dari Madinah sekitar 12.000 orang. Dalam perjalanan, beberapa kabilah Arab bergabung dengan mereka. Sampai di pinggiran kota Makkah berhentilah rombongan tersebut, berkemah dan menyalakan api unggun di malam itu, hingga menjadikan pemandangan api unggun yang sangat luas.
Esok harinya, Rasulullah membagi pasukan. Khalid bin Walid ditempatkan di sayap kanan untuk memasuki Makkah dari dataran rendah dan menunggu kedatangan Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam di Shafa.
Di bagian lain, Zubair bin Awwam memimpin pasukan sayap kiri, membawa bendera Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam dan memasuki Makkah melalui dataran tingginya. Beliau perintahkan agar menancapkan bendera di daerah Hajun dan tidak meninggalkan tempat tersebut hingga beliau datang.
Kemudian, Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam memasuki kota Makkah dengan tetap menundukkan kepala sambil membaca firman Allah:
إِنَّا فَتَحْنَا لَكَ فَتْحًا مُبِينًا
“Sesungguhnya kami memberikan kepadamu kemenangan yang nyata.” (Qs. Al Fath: 1)
Beliau mengumumkan kepada penduduk Makkah, “Siapa yang masuk masjid maka dia aman, siapa yang masuk rumah Abu Sufyan maka dia aman, siapa yang masuk rumahnya dan menutup pintunya maka dia aman.”
Beliau terus berjalan hingga sampai di Masjidil Haram. Beliau thawaf dengan menunggang onta sambil membawa busur yang beliau gunakan untuk menggulingkan berhala-berhala di sekeliling Ka’bah yang beliau lewati. Saat itu, beliau membaca firman Allah:
جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا
“Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.” (Qs. Al-Isra’: 81)
جَاءَ الْحَقُّ وَمَا يُبْدِئُ الْبَاطِلُ وَمَا يُعِيدُ
“Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi.” (Qs. Saba’: 49)
Kemudian, Nabi shallallahu ‘alahi wa sallam memasuki Ka’bah. Beliau melihat ada gambar Ibrahim bersama Ismail yang sedang berbagi anak panah ramalan.