Kamis, 11 September 2025

Asap Gunung Anak Krakatau Tidak Beracun tapi Berbahaya

Gunung Anak Krakatau yang berada di Selat Sunda mengeluarkan asap berbahaya. Namun, asap itu dipastikan tidak beracun.

Editor: Juang Naibaho
zoom-inlihat foto Asap Gunung Anak Krakatau Tidak Beracun tapi Berbahaya
TRIBUNNEWS.COM/BIAN HARNANSA
Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda saat meletus pada 28 Oktober 2010
Laporan wartawan Tribun Lampung, Tri Yulianto

TRIBUNNEWS.COM, KALIANDA - Gunung Anak Krakatau (GAK) yang berada di Selat Sunda mengeluarkan asap berbahaya, Selasa (2/11/2010). Namun, asap itu dipastikan tidak beracun.

Kepala Pos Pengamatan GAK di Desa Hargopancuran, Kecamatan Rajabasa, Lampung Selatan, Andi Suardi, mengatakan bahwa asap itu masuk kategori berbahaya karena temperaturnya yang bisa mencapai ratusan derajat celsius.

"Kalau beracun tidak, tapi membahayakan jika terkena. Hal itu karena suhu dari asap cukup tinggi dan juga terdiri dari debu dan pasir," kata Andi Suardi saat dihubungi Tribun Lampung Selasa malam.

Bukti asap Krakatau tidak beracun, kata Andi, bisa dilihat dari para nelayan yang masih berlayar di sekitar GAK. "Jadi kalau beracun pastinya mereka tidak ke sana (berlayar), tapi nyatanya mereka tetap berlayar di sana, berarti mereka tidak terganggu," jelas Andi.

Tingginya temperatur dari asap memang bisa membakar kulit. Kendati begitu, lanjut Andi, masyarakat tidak perlu khawatir karena asap GAK menyembur ke atas.

"Jadi tipe gunung GAK dan Merapi berbeda, kalau GAK asapnya menyembur ke atas atau membentuk tiang asap. Sedangkan Merapi meluncur ke bawah, inilah yang membahayakan," jelas Andi.

Selama Selasa pukul 00.01 hingga 12.35 WIB, jumlah letusan GAK sebanyak 116 kali. Letusan tersebut disertai dengan gempa vulkanik dangkal sebanyak 45 kali, vulkanik dalam 32 kali, dan tremor 29 kali.

GAK tercatat menghembuskan asap sebanyak 35 kali dengan ketinggian antara 600 meter hingga 1.000 meter. Ketinggian ini sama dengan hari-hari kemarin. Sedangkan material yang dihembuskan GAK berupa asap, pasir, krikil, dan debu.

"Material itu yang dilemparkan GAK alurnya ke atas lalu kembali lurus ke bawah. Ada juga gunung berapi lain yang melemparkan material vulkaniknya ke segala arah," kata Andi.(*)

Sumber: Tribun Lampung
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini