Blog Tribunners
Manusia Sebagai Subjek dan Objek Bencana
Bencana demi bencana di negeri ini seperti tiada hentinya. Dari banjir bandang di Wasior, gunung Merapi meletus, hingga tsunami Mentawai.
Penulis:
fajar kurnianto
Editor:
Iswidodo
JAKARTA- Bencana demi bencana di negeri ini seperti tiada hentinya. Dari banjir bandang di Wasior, gunung Merapi meletus, hingga gempa dan tsunami di Mentawai.
Siapa atau apa sebenarnya yang memicunya? Satu hal yang pasti, manusia adalah objek yang menjadi korbannya. Tulisan ini mencoba menelisiknya dari perspektif teologis.
Perspektif Alquran
Dalam Alquran, setidaknya ada dua ayat penting yang berbicara tentang musibah (bencana alam) di antaranya "Apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu)" (QS 42:30).
Kedua, "Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS 57:22)
Dua ayat ini memberikan gambaran tentang bencana. Ayat pertama mengungkapkan bahwa bencana itu disebabkan oleh tangan-tangan manusia. Ayat kedua mengungkapkan bahwa segala bencana di muka bumi itu sudah ada ketetapannya di sisi-Nya (takdir).
Ayat pertama mengaitkan bencana pada ulah tangan manusia, sedangkan ayat kedua mengaitkan bencana pada hak mutlak kekuasaan-Nya.
Sepintas, dua ayat ini kontradiktif, tapi sesungguhnya bisa diselaraskan jika diletakkan dalam konteksnya masing-masing. Dua ayat ini saling berhubungan membentuk simpul pemahaman tentang bencana dalam perspektif Alquran.
Bahwa bencana selalu terkait relasi manusia dengan alam dan Allah sekaligus. Allah pencipta semesta di mana manusia berada di dalamnya. Maka manusia adalah bagian dari semesta.
Menurut Ibnu Arabi, salah satu tokoh filsuf-sufi Islam, alam ini mencakup di dalamnya segala yang ada di bumi seperti batu, pepohonan, manusia, dan hewan adalah penampakan atau citra Allah.
Kalangan agawaman ortodoks menganggap Ibnu Arabi sesat karena pemikiran panteistik yang seperti ini, padahal tidak demikian. Karena Allah sendiri mengatakan, "Ke mana pun kamu menghadap di situlah wajah Allah" (QS 2:115).
Salah satu buku Quraish Shihab terbaru berjudul Dia di Mana-mana; Tangan Tuhan di Balik Setiap Fenomena (2010). Buku ini mengetengahkan bahwa dalam setiap fenomena alam, termasuk di dalamnya bencana, ada keterkaitan dengan Tuhan.
Tuhan, Manusia, dan Alam
Tuhan Maha Kuasa, tetapi Dia juga Maha Adil dan Maha Penyayang. Ini bermakna bahwa Tuhan tidak akan bertindak semena-mena terhadap makhluk-Nya meskipun Dia Maha Kuasa.
Semua bencana di muka bumi hakikatnya berada dalam wilayah kuasa Tuhan. Tetapi, wilayah ini terkait dengan sebab yang dibuat oleh manusia. Banjir, misalnya, itu terjadi karena salah satunya manusia melakukan penebangan hutan secara liar tanpa memperhatikan dampaknya.
Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email [email protected]
Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.