BI : Bencana Tidak Pengaruhi Kinerja Perbankan
Operasi Moneter minggu IV Oktober 2010 DPNP (Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan) Bank Indonesia (BI)
Penulis:
Hasanudin Aco
Editor:
Tjatur Wisanggeni
JAKARTA, TRIBUNNEWS.COM -- Operasi Moneter minggu IV Oktober 2010 DPNP (Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan) Bank Indonesia
(BI) menjelaskan stabilitas sistem keuangan periode 25 hingga 29
Oktober 2010 tetap terjaga ditengah meningkatnya tekanan di bursa global
dan terdapatnya musibah bencana alam Gunung Merapi Jawa Tengah dan tsunami Mentawai Sumatera Barat.
Kepala Biro Humas BI Difi A Johansyah mengatakan berdasarkan informasi
sementara ini, bencana alam tsunami di Mentawai tidak berdampak langsung
kepada BPD Sumbar (Bank Nagari) dimana satu kantor cabang di Pasar Tua
dan satu kantor cabang pusat di Muara Siberut tidak mengalami kerusakan.
"Sedangkan meletusnya gunung merapi di Jawa Tengah sampai dengan saat
ini belum dilaporkan adanya dampak operasional yang signifikan terhadap
perbankan," kata Difi dalam surat elektronik ke Tribunnews.com, Rabu (03/10/2010).
Dijelaskan selama pekan laporan kredit perbankan naik cukup tinggi mencapai Rp12,05 triliun hingga mencapai Rp1.659,47 triliun.
"Dengan kenaikan tersebut, berarti secara ytd (year to date)kredit telah
tumbuh 16,03 persen dan secara yoy (year on year) tumbuh 21,09 persen,"
kata Difi.
Kenaikan kredit selama pekan laporan, lanjut Difi, sebagian besar
dibiayai dari DPK (dana pihak ketiga) yang bertambah sebesar Rp10,26
triliun dalam sepekan, sehingga secara ytd DPK naik 9,10 persen atau Rp
17,06 triliun (yoy).
Dijelaskan inflows (dana masuk) asing tetap berlanjut meski cenderung
melambat. Sementara itu, intermediasi perbankan tumbuh positif didukung
peningkatan sumber dana yang cukup memadai.
Resiko likuiditas bank tetap terkendali. Menjelang kenaikan GWM (giro
wajib minimum) primer pada awal November terindikasi kembali
meningkatnya jumlah alat likuiditas bank, terutama dalam bentuk
penempatan pada BI sebesar Rp20 triliun dan penempatan pada SUN (surat
utang negara) sebesar Rp1 triliun.
"Risiko pasar perbankan stabil didukung terkendalinya pergerakan nilai tukar," kata Difi.
Menurutnya berlanjutnya koreksi harga SUN yang berdampak cenderung
meningkatnya volatilitas harga SUN belum menimbulkan gejolak signifikan
didukung tetap tingginya minat asing dalam bertransaksi SUN. (*)